KeSH'an

Senin, 27 Desember 2010

ISLAM-MENG'ESAKAN ALLAH DAN MENYATUKAN UMMAT MANUSIA

Islam - MengEsakan Allah dan Menyatukan Ummat Manusia Oleh: Dr. Jefry Lang (dikutip dari Buku karangan Jefry Lang yang berjudul "Bahkan Malaikat Pun Bertanya", hal 218-221) Sejak seseorang bergabung dengan komunitas muslim, baik melalui kelahiran atau konversi agama, syahadat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang itu. Syahadat selalu dikumandangkan dalam panggilan sholat, pada awal acara-acara besar, dibaca paling tidak sembilan kali dalam sholat lima waktu, diserukan secara spontan oleh kaum mukmin dalam saat-saat gembira atau terkagum-kagum, dan dengan pelan didesahkan oleh kaum muslim sewaktu mereka merenungkan kebesaran dan keagungan Allah. Di samping itu, syahadat menjadi pernyataan gaya hidup yang didasarkan pada Al-Quran dan ajaran-ajaran Nabi Muhammad. Bagi kaum muslim, Al-Quran adalah Kalam Allah yang diwahyukan, dan sunnah Nabi (secara harfiah sunnah berarti "jalan") adalah Kalam allah yang diterapkan secara sangat sempurna. Ketika 'A'isyah, istri Nabi Muhammad, ditanya tentang akhlak Nabi selama hidup beliau, ia menjawab, "Akhlak Nabi adalah Al-Quran." Jawaban 'A'isyah mengungkapkan dengan sangat baik bagaimana kaum muslim memandang hubungan antara kitab suci mereka dan Rasulullah. Syahadat adalah titik awal kehidupan seorang muslim, baik secara harfiah maupun kiasan. Ini aalah landasan yang di atasnya berpijak komunitas orang mukmin dan juga sumber persatuan dan kekuatan mereka. Inilah batas yang melindungi mereka dan garis demarkasi yang harus diseberangi bila seseorang ingin bergabung dengan mereka. Seperti mualaf lainnya, saya tidak akan pernah bisa melupakan syahadat pertama saya. Kesaksian itu merupakan momen paling sulit tapi paling membebaskan dan kuat dalam hidup saya. Secara berangsur-angsur, saya menjadi lebih memahami banyak implikasinya, dan secara khusus saya mulai mengerti bahwa kesaksian itu memaklumkan bukan hanya KeEsaan Allah, melainkan juga kesatuan dan persamaan umat manusia. Tentu saja, temuan saya tentang hal ini sama sekali tidak orisinal (pengutip: maksudnya bukan asli konsep temuan atau buatan pengarang buku). Prinsip egalitarian ini adalah tema yang sangat menonjol dalam ajaran- ajaran Islam sehingga tidak mungkin dihilangkan. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap orang muslim sangat siap untuk mengartikulasikannya. Akan tetapi, prinsip ini dapat diamati dengan jelas dalam tradisi dan interaksi keagamaan masyarakat muslim. Karena itu, sama sekali tidak mengejutkan bila ajaran ini menjadi salah satu hal yang pertama kali menarik Malcolm X dalam perjalanan ibadah hajinya ke Mekkah. Ia menulis, "Selama sepekan terakhir, saya betul- betul tidak bisa berucap sepatah kata pun dan terpesona oleh keanggunan yang ditampakkan di sekeliling saya oleh manusa dari seluruh suku bangsa... Anda boleh jadi terkejut mendengar kata-kata ini keluar dari saya. Tetapi, dalam perjalanan haji ini, apa yang telah saya lihat dan alami memaksa saya untuk menata ulang sebagian besar pola pemikiran yang sebelumnya saya pegang, dan membuang beberapa konklusi sebelumnya ... Barangkali jika orang- orang kulit putih Amerika bisa menerima KeEsaan Allah, mungkin juga mereka bisa menerima dalam kenyataannya kesatuan umat manusia - dan berhenti mengukur, menghalangi, dan mencelakakan orang lain karena "perbedaan" warna kulit mereka.... Setiap jam di tanah suci memungkinkan saya memperoleh pengetahuan spiritual yang semakin besar tentang apa yang sedang terjadi di Amerika antara orang-orang kulit hitam dan orang-orang kulit putih." Di sini, saya tidak menyatakan bahwa Islam menghapuskan prasangka-prasangka suku dan warna kulit. Klaim di atas lebih mengesankan bahwa Islam menghapuskan kejahatan. Sebaliknya, saya ingin menegaskan bahwa Islam tidak mentoleransi prasangka- prasangka semacam itu dan bahwa ketika kaum muslim menampakkannya, mereka sadar betul bahwa mereka melanggar ajaran yang fundamental dalam agama mereka dan melakukan sebuah kesalahan yang serius. Dari semua agama besar di dunia, saya yakin bahwa tidak ada agama yang lebih berhasil dalam memerangi prasangka ras selain Islam. Saya telah melihat pertunjukan kekuatan Islam dalam hal ini, yang sangat bersifat pribadi dan membangkitkan semangat, beberapa minggu setelah saya menjadi seorang muslim. ...... Waktu itu ada pengajian yang diorganisasi oleh para mahasiswa muslim University of San Fransisco. Pembicara malam itu adalah Abdul Aleem Musa, yang waktu itu adalah imam Mesjid an-Nur di Oaklan, California. Ia menuturkan perjalanannya memeluk Islam, yang dimulai saat ia bergabung dengan geralan Nation of Islam pada tahun enam puluhan dan ia kemudian beralih ke Islam otentik pada tahun tujuh puluhan. Orang-orang muslim Amerika keturunan Afrika Oaklan yang menyertainya dari Oaklan menunjukkan reaksi mereka atas ceramahnya bahwa jalan mereka menuju Islam sangat mirip dengan jalan Aleem. Secara fisik, Abdul Aleem adalah seorang yang mengesankan. Ia kelihatan seolah-olah mampu bermain dengan ketat hingga akhir babak dalam permainan "San Fransisco Forty-Niners." Ia sangat pandai dan cerdas, dan tentu saja bukan tipe orang yang bisa diremehkan. Dalam perjalanan menuju pengajian itu, beberapa mahasiswa memberitahu saya bahwa Abdul Aleem dulunya adalah anggota kelompok Black Panthers dan mantan narapidana. Saya biasanya mencurigai kabar angin seperti ini. Akan tetapi, dari pembicaraannya, saya merasa bahwa, paling tidak, ia memiliki masa lalu yang kelabu. Sekalipun demikian, kebijaksanaan kata- katanya dan ketenangan yang kini diperlihatkannya membuat saya merasa bahwa ia telah menemukan kedamaian batin melalui keimanannya. Ketika saya mendengarkan Abdul Aleem, saya teringat masa-masa remaja saya dan brutalitas perang ras yang mengerikan antara lingkungan tetangga saya dengan para pemuda kulit hitam seperti dirinya, dari daerah kumuh yang berdekatan. Saya membayangkan betapa berbahayanya ia waktu itu sebagai musuh - tipe musuh yang setiap orang berusaha sebaik mungkin tidak melihatnya ketika ia memasuki wilayah Anda. Serentak saya merasa terinspirasi dan terancam, tersentuh tetapi juga bingung. Seluruh refleks dan rasa takut masa lalu yang saya pikir sudah lama saya tinggalkan di Bridgeport, Connecticut, kini kembali lagi datang kepada saya. Pertanyaan pertama yang diajukan kepada Abdul Aleem ketika ia telah menyelesaikan ceramahnya berasal dari seorang mahasiswa Arab: "Apalah Islam telah benar-benar mengubah hidup Anda?" Pertanyaan itu mungkin biasa-biasa aja, tetapi rupanya menyinggung masa lalunya yang kelabu. Paling tidak, itulah penafsiran saya dan, tampaknya, demikian juga perasaan Abdul Aleem. "Anda tidak tahu, berapa kali sudah saya ditanya tentang soal yang sama," ia menghela nafas, sambil menggelengkan kepalanya hampir tidak percaya. "Orang tidak mengira bahwa hal itu benar-benar bisa terjadi, bahwasanya Anda bisa mengubah hidup Anda." Ia berbicara pelan-pelan, mengukur kata-katanya, berusaha keras menguasai kebanggaannya yang terluka. Kemudian, dengan nada suara rendah yang memperlihatkan rasa frustasi memuncak, ia berkata, "Orang sungguh tidak percaya pada kekuatan Islam." Hadirin menjadi tegang dan menahan nafas, mengantisipasi luapan emosi yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Mata Abdul Aleem menyelidik ruangan, seolah-olah ia sedang mencari-cari orang yang mungkin bisa memahami atau membuktikan pandangannya. Tiba-tiba ia menatap Grant, seorang mualaf kulit putih Amerika lain yang duduk di sebelah kiri saya. Kejadian berikutnya yang saya tahu adalah: ia menunjuk kami berdua. Ia berseru, hampir berteriak, "Fakta bahwa ada orang-orang kulit putih seperti mereka ini, duduk di sini dengan orang kulit hitam seperti kami, sebagai saudara - SAUDARA!!! - ketika sepuluh tahun lalu kami saling berbunuh-bunuhan di jalanan, menunjukkan kepada Anda sekalian betapa Islam dapat mengubah hidup!" Seakan-akan ia dapat membaca pikiran saya. Grant dan saya adalah dari generasi yang sama dengan Abdul Aleem, dan raut wajah Grant mengatakan kepada saya bahwa ia dapat mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh Abdul Aleem. Setelah acara itu selesai, Abdul Aleem berjalan menghampiri kami berdua dan menyalami kami dengan tersenyum ramah dan dengan apa yang saya katakan "pelukan rangkat tiga Islam." Itulah awal dari suatu hubungan yang amat penting bagi saya. Abdul Aleem menjadi sahabat dekat dan mentor saya, serta membantu saya menangani banyak jebakan dan kendala yang bisa mengancam keikhlasan seorang pendatang baru dalam Islam. Ketika saya berjumpa Abdul Aleem, saya baru saja memeluk Islam dan masih memerlukan banyak waktu untuk mendalami ajaran-ajaran Islam. Akan tetapi, malam itu, saya banyak belajar tentang egalitarianisme Islam. Dan saya belajar lebih banyak dari Abdul Aleem dalam bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya.

MUHASABAH HARIAN SEORANG MUSLIM

SEBUAH KISAH CINTA SEJATI

WANITA SOLEHAH.. BIDADARI TERINDAH DISURGA multazimah.blogsome.com/2007/03/02/wanita-sholehah-bidadari-syurga-terindah/

Wanita Sholehah: Bidadari Syurga Terindah *** Ia mutiara terindah dunia Bunga terharum sepanjang masa Ada cahaya di wajahnya Betapa indah pesonanya Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya Kelak, ia menjadi bidadari surga Terindah dari yang ada (hanan) *** Pernahkah saudara- saudara melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan jelita. Saya yakin kita semua belum pernah melihatnya. Kalau begitu mari kita ikuti percakapan antara Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha tentang sifat-sifat bidadari yang bermata jeli. — - Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.” Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.” Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al- waqi’ah : 23) Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.” Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik- cantik’.” (Ar-Rahman : 70) Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita” Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan- akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49) Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.” Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37) Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita- wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.” Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.” Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?” Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning- kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?” Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” —- Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudaraku. Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya. Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al- Qarni menggambarkan wanita sebagai batu- batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”. Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an- nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah. Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari- bidadari surga yang begitu indah. Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari- bidadari surga. Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu

YUK "BACA SURAT CINTA" Dari.. multazimah.blogsome.com/2007/04/17/68/

Yuk baCa “Surat Cinta” Surat Cinta apaan? Wong saya belum pernah sama sekali dapet apalagi baca….. Iya…ane tahu, kamu kan orangnya ‘alim, multazim, pandai jaga diri d l l…… so ane percaya gak pernah bercinta ato “pacaran”, tapi masih punya rasa cinta kan???? Ato mungkin dah gak pake surat, tapi pakenya sms, mms, mail, kartu ucapan, ato apa lagi?? sama aja kan? Yach gak perlu diperpanjang . Surat Cinta, sms cinta, email cinta, kartu ucapan cinta atau apalah namanya, katanya sih bisa bikin lupa diri saat baca. Berkali-kali bacanya tapi seakan pelum puas juga. Ingin rasanya selalu baca… baca…baca dan terus baca…. katanya hukumn Fiqhnya WAJIB, dosa besar kalo gak baca and bisa masuk NERAKA. Kata siapa ya? Tapi kali ini lain Surat cinta yang ane maksud adalah surat cinta yang paling berharga dari Sang Pemilik Cinta, ialah Al-Qur’an Al-Kariim. Sudahkah kita membacanya sama seperti ketika kita membaca surat cinta dari sosok yang kita cinta?????? Kalo belum malu donk…… atau malu-maluin donk… hehehehe….. OK dech, nich ada tips tuk bisa istiqomah membaca Surat Cinta dari Sang Pemilik Cinta. You semua mesti baca………… Kiat bersungguh-sungguh dalam tilawah satu juz perhari Berusaha melancarkan tilawah jika belum lancar. Ukuran normal membaca satu juz adalah 30-40 menit, jika lebih lama dari itu maka berusahalah untuk memperlancar bacaannya. Bayangkan saja 30-40 menit dari 24 jam bukanlah waktu yang lama, namun terkadang kita lebih sering ngobrol atau menonton TV berjam-jam ketimbang menyisihkan Al-qur’an selama setengah jam dalam satu hari. Aturlah dalam diri kita kesepakatan untuk komitmen ibadah satu juz tilawah perhari, jika tidak tercapai, hendaknya kita iqab (semacam hukuman) diri kita dengan iqab yang mampu membangkitkan kesungguhan kita, misalnya jika hari ini tidak sampai satu juz, maka esok harinya kita akan menggandakannya menjadi dua juz. Sebagai contoh para sahabat yang sering meng-iqab diri dengan bersedekah atau menginfaqkan seluruh hartanya di jalan Allah. Subhanallah. Cari tempat-tempat yang kondusif untuk melakukan tilawah karena terkadang kita butuh waktu sejenak untuk menyendiri Sering-sering mengadu kepada Allah dan memohon untuk dimudahkan kesungguhan dan komitmen dalam melaksanakan ibadah tilawah ini. Bahkan selipkan di antara doa- doa kita permohonan agar kita dijadikan orang-orang yang dekat dengan Al-qur’an. Amin. Perbanyak amal saleh karena amal saleh dapat menghasilkan energi baru untuk amal saleh selanjutnya. Kendala yang Harus Diwaspadai Perasaan menganggap sepele saat sehari tidak membaca Al-qur’an Lemahnya wawasan ber- Al-qur’an sehingga tidak termotivasi untuk bersungguh-sungguh dalam membaca Al-quran Tidak memiliki waktu wajib membaca Al-quran, dan membaca Al-quran sesempatnya saja atau bahkan dengan waktu- waktu sisa kita Lemahnya keinginan untuk memiliki kemampuan tilawah Terbawa lingkungan sekeliling yang tidak memiliki perhatian terhadap tilawah Al- qur’an Tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Al-qur’an “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah lalu di antara mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali turun kepada mereka ketenangan yang diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah swt menyebut nama-nama mereka di sisi makhluk yang ada di dekatNya.” (HR. Imam Muslim) Akibat Tidak Serius Melakukan Tilawah Sedikitnya barakah dakwah atau ‘amal jihadi kita dan menjadi indikasi lemahnya hubungan sebagai jundi kepada Allah swt. Kemungkinan lainnya, tertundanya pertolongan Allah swt dalam amal jihadi. Jika salafush shalih saja tertunda kemenangannya hanya karena meninggalkan sunah bersiwak, apalagi jika meninggalkan amal yang bobotnya jauh lebih besar dari itu. Semakin jauhnya ashshalah (orisinilitas) dakwah. Dakwah kita adalah dakwah bil qur’an, bagaimana mungkin kita mengumandangkan dakwah sementara hubungan kita dengan Al-qur’an sendiri melemah Semakin jauhnya dakwah dari nuansa ilmu, padahal hakikat dakwah adalah meningkatkan kualitas keilmuan umat Orang yang nyepelekan tilawah bahkan gak pernah sama sekali dan cuek terhadapnya, ada indikasi matinya syu’ul khotimah (Na’udzubillah) Maraji’ : Tarbiyah Syakhsiyah Qur’aniyah, Abdul Azis Abdur Rouf, LC

AlQurAn

Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat- ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia. Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari. Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita: "Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155) Dalam beberapa ayat- Nya yang lain, Allah menegaskan: "Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29) "Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran- ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12) Sumber" www.keajaibanalquran.com/knowledge.html